KESENIAN TARI KETHEK OGLENG PACITAN
Sebenarnya Pacitan memiliki bermacam-macam kesenian dan budaya asli daerah, di antaranya adalah tari Kethek ogleng yang cukup legendaris. Namun sayang kesenian yang satu ini di klaim oleh kabupaten tetangga. Tari kethek ogleng asli berasal dari desa Tokawi, kecamatan
Nawangan, Kabupaten Pacitan Jawa Timur.
Tari tersebut sudah ada sejak tahun
1963 hasil karya dari seorang petani yang bernama Sutiman dan
baru Berumur 18 tahun. Menurut Sutiman kata “Kethek Ogleng’’ diambil dari nama binatang
yaitu kera dalam bahasa jawa “KETHEK”, Sedangkan Ogleng
diambil dari gamelan yang berbunyi “gleng-gleng”.
Tari Kethek Ogleng pertama kali ada di tempat orang punya hajat
perkawinan tepatnya akhir tahun 1963. Pentas tersebut terlaksana
atas permintaan Kepala Desa Tokawi pada Waktu itu D.Harjo
Prawiro.
Pada akir tahun 1964, Dinas pendidikan dan kebudayaan atas
prsetujuan Bupati Pacitan menghimbau kepada sutiman agar
dalam tari Kethek Ogleng Tersebut menggunakan cerita panji.
Bertujuan apabila menggunakan unsur cerita agar menjadi lebih
baik. Cerita panji dalam versi raden panji yang akan dijodohkan
dengan Sekartaji atau Candra kirana. Tari Kethek ogleng memiliki alur cerita , secara utuh terdiri dari 6 tokoh yaitu: Panji Asmoro banguan, Sekartaji, Endang lara Tompe, Punakawan, Banthara
Narada dan Wanaraseta.
Yang di kenal hingga sekarang latar belakang Kesenian ini berawal dari sebuah cerita kerajaan jawa, yaitu
kerajaan Jenggala dan kerajaan Kediri yang kemudian dituangkan
ke dalam seni gerak tari. Secara turun temurun kesenian ini tetap
eksis di kalangan masyarakat desa Tokawi kecamatan Nawangan
kabupaten Pacitan, terutama ketika sedang diadakan kegiatan
syukuran atau pun pada saat hajatan.
Dalam tarian kethek ogleng, diceritakan bahwa puteri Dewi
Sekartaji atau putri dari kerajaan Jenggala menjalin hubungan
asmara dengan Panji Asmara Bangun pangeran dari kerajaan
Kediri. Hubungan mereka sangat harmonis, karena keduanya
saling mencinta dan seolah tidak bisa dipisahkan. Akan tetapi,
orang tua mereka tidak sejalan dengan cinta anak-anaknya,
ayahanda sang puteri mempunyai kehendak lain, beliau
menginginkan puterinya untuk menikah dengan pria pilihannya.
Sang puteri menolak, tetapi ayahnya yang seorang raja bersikeras
menginginkan agar anaknya menikah dengan pria pilihannya,
sampai akhirnya sang puteri dipaksa untuk menikah dengan pria
tersebut. Karena cintanya pada Panji Asmara Bangun dan untuk
menghidar dari paksaan ayahnya, sang puteri pun secara diam-
diam meniggalkan kerajaan Jenggala tanpa sepengetahuan orang
tuanya.
Malam hari sang puteri berangkat dengan diiringi dayang istana
menuju kearah barat. Mengetahui sang kekasih pergi
meninggalkan kerajaan, kemudian Panji Asmara Bangun pergi
untuk mencari sang puteri. Panji Asmara Bangun singgah
dirumah seorang sang pendeta dan diberi wejangan. Pergi kearah
barat dan menyamar menjadi Kethek (kera). Begitu pula sang
puteri yang kebetulan juga menyamar sebagai Endang Roro Tompe (seorang
gadis dengan tompel di wajahnya).
Sang Tompe hidup menyendiri di sebuah pondok di hutan. Ia
hanya berteman kan binatang liar yang hidup di sekitar hutan.
Begitu juga dengan sang Kethek, ia hidup menggelantung dari
pohon yang satu ke pohon yang lainnya di sebuah hutan
belantara. Setelah sekian lama, sang Kethek pun bertemu dengan
sang Tompe. Awalnya keduanya tidak saling mengenal, akan
tetapi lama kelamaan keduanya pun saling mengenal dan menjadi
akrab. Karena mereka sudah merasa akrab, akhirnya mereka pun
merubah wujudnya seperti semula. Sang Kethek kembali menjadi
Panji Asmara Bangun dan sang Tompe pun kembali menjadi
Dewi Sekartaji. Ketika mereka sudah kembali ke wujud aslinya,
mereka pun kaget ternyata mereka adalah orang yang saling
mengenal dan saling mencari bahkan saling mencintai.
Perjumpaan sepasang kekasih tersebut sangat mengharukan.
Mereka pun saling melepas rindu, layaknya sepasang kekasih yang
lama tidak bertemu. setelah itu mereka kembali ke kerajaan
Jenggala untuk meminta restu dan segera menikah.
Yang menarik dari kesenian Kethek ogleng ini, selain penarinya
yang cantik juga tariannya yang menggambarkan kehidupan
masa silam dan merupakan kisah nyata, sehingga kesenian ini
sangat menghibur bagi wisatawan yang berkunjung ke Pacitan,
khususnya bagi wisatawan yang senang dengan wisata
kebudayaan berupa tari-tarian.
Tari Kethek ogleng biasanya diadakan pada saamasyarakat
mengadakan hajatan khususnya masyarakat desa Tokawi
kecamatan Nawangan pacitan, tetapi kadang-kadang tarian ini juga
dimainkan pada saat diadakannya acara-acara tertentu misalnya
untuk mengiringi grup drum band ketika diadakannya karnaval
hari jadi kota Pacitan.
Mneurut konsep yang ditulis R.FIRTH menyebutkan 8 fungsi
sosial seni yaitu :
1. Sebagai sarana kepuasan batin.
2. Sebagai sarana bersantai dan hiburan.
3. Sebagai sarana ungkapan jati diri.
4. Sebagai sarana integratif dan pemersatu.
5. Sebagai sarana penyembuhan.
6. Sebagai sarana pendidikan.
7. Sebagai sara integrasi pada masa kacau.
8. Sebagai sarana lambang penuh makna dan mengandung kekuatan.
Fungsi tari Kethek Ogleng mengandung dua dimensi
yaitu, vertical dan horizontal. Vertical tercemin hubungan antara
manusia dengan khaliqnya. Secara horizntal tercemin antara
manusia dengan manusia dalam masyarakat menimbulkan rasa
kebersamaan, kesetiakawanan yang didasari rasa saling membantu
dan gotong royong.
Berdasarkan penelitian Kesenian Kethek ogleng memiliki beberapa makna sosial diantaranya adalah :
(1) Kesenian Kethek
Ogleng tercipta, tumbuh dan berkembang di desa Tokawi
kecamatan Nawangan kabupaten Pacitan yang menceriterakan
kisah cinta antara Dewi Sekartaji dari Kerajaan Jenggala dan Panji
Asmara Bangun dari Kerajaan Kediri pada tahun 1962;
(2) Penyajian kesenian Kethek Ogleng berupa dramatari yang di
dalamnya mengandung unsur gerak, iringan, rias, busana, dan
tempat pementasan;
(3) Kesenian Kethek Ogleng mengandung
nilai-nilai sosial yang sangat melekat dalam kehidupan masyarakat
desa Tokawi, seperti kebersamaan, komunikasi, kerohanian,
hiburan, kesetiaan, ekonomi, dan pendidikan; dan
(4) Masyarakat
berharap agar kesenian Kethek Ogleng di desa Tokawi tetap
dipertahankan karena kesenian tersebut merupakan satu-satunya
yang ada di desa Tokawi kecamatan Nawangan kabupaten
Pacitan. Upaya yang dilakukan dalam mempertahankan
keberadaan kesenian tersebut dilakukan dengan memberikan
pelatihan pada ekstrakurikuler di sekolah dalam lingkup wilayah
desa Tokawi.
Comment
All comments under post "''KESENIAN KETHEK OGLENG PACITAN'' Sebuah kesenian tari atraktif dengan latar belakang cerita sejarah. [Desa Tokawi - Kecamatan Nawangan]"
Posting Terkait: